Breaking News
Antosan bro!
Senin, 08 Desember 2014

Info Post
1.      Stereotyping
Penggunaan konsep ini menyederhanakanbegitu banyak stimulus yang diterimanya. Namun, begitu anak-anak itu diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebut stereotyping.
Menurut psikologi kognitif, pengalaman-pengalaman akan dimasukan pada”laci” kategori yang ada dalam memori kita, berdasarkan kesamaannya dengan pengalaman masa lalu. Bersama itu, semua sifat yang ada pada kategori pengalaman itu dikenakan pada pengalaman baru. Dengan cara seperti ini, orang memperoleh informasi tambahan dengan segera, sehingga membantu dalam mengambil keputusan yang cepat atau dalam meramalkan peristiwa.
Stereotyping ini mungkin yang menjelaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukan bahwa kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang membentukan kategori. Begitu,pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan dan kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.

2.      Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokan donat, pisang, nasi,dan biskuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep yang ramah, suka menolong, toleran, tidak mencemooh,dan sebagainya. Di sini, kita mempunyai asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita, setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa, berkaitan tentang sfat-sifat apa. Konsepsi ini teori yang dipergunakan orang ketika membentuk kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, karena itu disebut Implicit Personality Theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikologi amatir, lengkap dengan berbagai teori ke-pribadian. Suatu hari anda akan menemukan pembantu anda sedang sembahyang, anda menduga pasti ia jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.

3.      Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (baron dan byrne, 1979: 56). Atribusi boleh juga ditunjukan pada diri sendiri (self atribution), tetapi disini hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup popular pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secara garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
Bila kita melihat perilaku orang lain, kita mencoba memahami apa yang menyebabkan ia berperilaku seperti itu. Frizt heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut heider bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya: faktor situasional atau personal dalam teori atribusi lazim disebut teori kausalitas eksternal dan kausalitas internal (jones dan nisbett, 1972).
Bagaimana kita mengetahui bahwa perilaku orang lain yang disebutkan faktor internal, bukan eksternal? Menurut jones dan nisbett, kita dapat memahami personal stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama, kita mempokuskan perhatian pada perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, kita memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa.
Beberepa penelitian lain menghubungkan proses atribusi dengan status persona stimuli. Salah satunya yaitu teori harold kelley (1972-1973). Menurut kelley, kita menyimpulkan kausalitas internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal: _apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap; konsistansi_apakah penanggap bertindak sama pada situasi lain; dan kekhasan (distinctiveness)_apakah orang lain itu bertindak yang sama pada situasi lain, atau pada situasi ini saja. Menurut teori Kelley, bila ketiga hal itu tinggi, orang akan melakukan atribusi kausalitas eksternal, misalkan rudi bertengkar dengan seorang dosen, begitu pula mahasiswa yang lain (konsesus tinggi); rudi tidak pernah bertengkar dengan dosen lain (kekhasan tinggi). Anda akan menyimpulkan rudi marah karenah ulah dosen, bukan karena watak rudi.
Sekarang, bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa personal syimuli jujur atau munafik (atribusi kejujuran_atribution honesty)? Menurut Robert A. Baron dan donn byrne (1979:7071), kita kan memperhatikan dua hal: 1. Sejauh mana peryataan orang itu menyimpat dari pendapat yang populer dan diterima orang, 2. Sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu penelitian terdahulu telah membuktikan kebenaran teori diatas.


1 komentar:

  1. New Zealand Casino 2021: Claim your $100 Free Play Bonus!
    We're 동해 출장마사지 back at Casino NZ! New Zealand's first online 원주 출장안마 casino, New 부산광역 출장마사지 Zealand's 동두천 출장안마 favourite online sports betting 대전광역 출장마사지 site, has announced a welcome bonus offer for new

    BalasHapus